HANYA KISAH

Jumat, 01 Mei 2009

kereta terahir menuju hati mu

Kereta malam menuju hati mu
Oleh : ZEE
14 April 07
mataku memandang keluar, di balik jendela kaca, air hujan hampir horizontal melintas begitu cepatnya di balik kaca yang berada tepat di ujung hidung ku, karena hidungku ku tempelkan di kaca hingga bekas nafasku mengembun disana. Hujan terus turun begitu derasnya, petang ini aku merasa sangat mengantuk sekali, tapi ku usahakan tetap melek, udara dingin di luar sana menyeruak masuk lewat celah kaca jendela kereta ekonomi yang ku tutup rapat, rasanya membuat bulu kudukku merinding kedinginan. Di luar sana sangat gelap apalagi di atas tertutup mendung yang rata, bahkan gerimis dan hujan rintik-rintik sudah di mulai sejak kutapakkan kaki ku di setasiun kiara condong jam setengah lima tadi, aku hanya menerka-nerka mungkin ini dah keluar dari Bandung pikirku, karena aku juga tidak begitu hafal rute kereta api, karena sejak 4 tahun lalu aku belum pernah ke Jogja lagi, sebelumnya aku pernah mudik ke Gombong (sebuah kota kecil di sebelah barat Purworejo dan sebelah timur Purwokerto) mungkin lebaran 2 tahun silam tapi aku tidak mampir ke Jogja.
M“Untung saja hujan” pikirku, coba kalo tidak hujan mungkin udara di dalam kereta ekonomi ini bisa pengap banget, aku dari tadi hampir tidak memperhatikan sekelilingku, suasana yang begitu bising dan padat hampir tidak dapat kurasakan, buktinya aku nyante saja bersandar di kaca sambil sesekali melihat kelebatan tiang-tiang listrik dan pepohonan di luar sana, dari tadi aku hanya sibuk dengan pikiranku sendiri, banyak hal yang ku pikirkan sambil terus membuang pandangan ku keluar jendela yang makin lama malah jadi buat aku ngantuk aja, yang ku pikirkan di antaranya kenangan-kenangan di Jogja dulu waktu kuliah di sebuah Universitas yang tidak begitu terkemuka, tapi cukup mendapat perhatian dari segala kalangan karena institut kampusku yang bergerak di bidang IT, banyak hal ternyata yang tertinggal di Jogja, sambil terus melayang pikiranku ke masalalu ku kereta yang kutumpangi berlahan berhenti di sebuah setasiun, kurang tau namanya, karena kebetulan aku tidak bisa melihat ke seberang luarsana di setasiun itu karena sumpek banyak orang, berlahan tapi pasti, keadaan sudah mulai melonggar dan sedikit udara segar bisa kembali ku hirup, karena beberapa penumpang yang turun di setasiun itu dalah dari gerbongku.
Bunyi peluit melengking ku dengar di luar sana, aba-aba bahwa kereta akan segera melaju lagi, aku membenahi posisi dudukku yang dari tadi kurasakan sudah panas di pantatku, “ahh.. aga nyaman”, kereta api kembali melaju dengan kecepatan tinggi di atas rel yang berkarat, di daerah ini sudah tidak hujan lagi, tapi ku lihat di atas langit sana masih banyak awan berarak tapi lumayan aku masih bisa melihat langit biru dan sedikit bintang di atas sana. Dengan sedikit kembali ku gesaer posisi dudukku sambil ku longngok jam di tangan ku ,” ohh.. sudah jam delapan kurang ternyata” aku melihat sekelilingku sebentar, di depanku ada seorang ibu paruh baya dan sebelahnya lagi sepertinya suaminya, karena dari tadi tampak begitu enak ngobrol mereka dan sekali-kali si laki-laki ku dengar memanggil “bu” mungkin suaminya ku pikir, di sebelahnya lagi orang bertopi coklat yang lagi tidur dengan mendongakakan kepalanya keatas sambil bersandar ke kursi kereta, nyaman kaya’nya, aku aga terkejut ketika aku melirik persis di sampingku, hahh...ternyata orang laki-laki ya mungkin umurnya sekitar 38-39nan tahun dengan rambut gondrong, acak-acakan, keriting lagi, kumis tebal dan tercampur dengan beberapa rambut putih menyelingi, yang lebih buat aku terkejut lagi ternyata orang ini membawa seekor ular sanca kuning, begitu menurut perkiraan ku, mungkin pawang ular kali, ternyata aku benar-benar sibuk dengan pikiranku, sampai-sampai tidak tahu siapa di sebelah ku.
Sekelebat lagi bayangan dalam pikiranku kembali teringat masa laluku di Jogja dulu, teman-temanku yang sekarang entah dimana, semenjak aku lulus dan mulai kerja di Bandung, aku banyak putus komunikasi dengan teman-temanku, padahal dulu aku punya teman banyak, seantero Indonesia mungkin, tapi sekarang menghilang tak tahu di mana rimbanya, hanya beberapa saja yang masih, sebagian kerja, merantau, sebagian lagi ada yang keluar negri dan banyak yang telah menikah, “menikah??...” ada sebuah tanya yang ku rasakan berat dalam hatiku, tiba-tiba saja aku mengulang-ulang kata “menikah” dalam pikiranku, seketika itu juga aku ingat pada sesosok wajah dan nama, Tika namanya yahh.. Tika, karena alasan itulah sekarang aku ke Jogja. Tika adalah Tika, begitu definisinya dalam otakku, karena Tika adalah sesosok gadis yang pernah ada dalam angan ku bahkan mengisi hari-hariku, mengisi lembaran lembaran cerita pada waktu di Jogja dulu, masih begitu segar dalam ingatanku tentang Tika, senyumnya, tawanya, suaranya, bagaimana dia memanggilku, ohh.... aga’ berat kurasa dalam hati ini, seperti ada yang menekan dadaku, rasa itu bertahan seperti itu dalam hati ku, meski sudah lebih dari 5 tahun lalu.
Dua hari yang lalu tiba-tiba aku mendapat surat, waktu itu aku masih di Bandung dan baru saja pulang dari kantor, Bi’ Ijah menghampiri dan bilang “mas, ini ada surat untuk mas” saya baliknanya “ dari siapa bi’” sambil duduk di sofa dan mencopot sepatuku,bi’ Ijah njawab dengan logat khas jawa timuran, sambil membolak-balik sepucuk surat di tangannya dan bi’ Ijah bilang “ sepertinya dari Jogja mas”. Tanpa pikir panjang aku menyambar surat yang masih di pegang oleh bi Ijah dengan penuh rasa penasaran didalam otakku sambil terus kembali menghempaskan bokongku di sofa, “siapa gerangan yang mengirim surat dari Joga??.. buknya telfon ato apa ke’ pikirku” dengan terus sigap tangan ku menyobek helai demi helai amplop surat yang berwarna putih itu dan aga tebal, sambil terus berputer otakku berfikir, dan kelihatan sebuah kertas tebal berwarna coklat muda dengan hiasan burung merpati dua, aku berhenti setelah semua amplop tersingkirkan, tapi kebetulan aku membuka dari belakang kertas tebal berwarna coklat muda itu, jadi aku belum tahu apa tulisan yang ada di depanya, meski aku sudah dapat menebak kalau kertas di tanganku ini adalah sebuah undangan pernikahan, betul sekali, dan tidak meleset dari dugaanku, memeng kertas coklat muda dengan desain mewah itu adalah sebuah undangan pernikahan, tiba-tiba mataku menjurus pada sebuah rangkaian huruf-huruf italic di bagian depan bawah dari sampul undangan tersebut, yang ternyata susunan huruf tersebut adalah sebuah nama yang amat ku kenal “T.I.K.A” begitu otak ku mengeja berlahan dan seolah tidak percaya kalo Tika yang ku baca itu adalah Tika yang aku kenal dulu, kekasihku di Jogja pada masa itu.
Hal itu lah yang menyebab kan kenapa aku berada di salah satu gerbong kereta ekonomi jurusan Jogjakarta ini. Padahal dulu aku dan Tika kurasakan amat dekat, amat Harmonis, aku dan Tika sangat jarang bertengkar, aku dan Tika di Jogja memiliki sejuta kenangan indah dan pahit, kita pernah menjalin hubungan sekitar 3 tahunnan, selama itu baik-baik saja hingga pada suatu ketika ternyata kita memiliki pandangan hidup yang berbeda, sejak saat itu kita mulai mawas diri, mulai mengoreksi salah dan benar tindakan yang selama ini kita jalani berdua, kita berdua menemukan semacam ketidak berartian hubungan itu, sejak saat itulah kita berpisah baik-baik mungkin sekitar 5 tahunnan yang lalu. Kebetulan aku sudah lulus dari kuliah ku di Jogja, yang dimana aku sendiri bukan lah orang asli Jogja, sedangkan Tika adalah asli orang Jogjakarta. Sejak saat itu aku memaksa untuk pergi dari kehidupannya termasuk meninggalkan Jogjakarta Kota penuh kenangan dan kebetulan aku mendapat pekerjaan di Bandung di sebuah perusahaan software sebagai Manager.
Aku tersentak kaget ketika di sebelah kanan ku ada seseorang berkata aga keras “ nasi..nasii.nasi bungkus nasi bungkus mas...” ternyata aku sedikit tertidur tadi, kemudian ku perhatikan logat orang-orang yang berjualan di atas kereta tadi, aku tidak asing, aku sambil membenahi posisi duduku lagi yang sekarang bukan kurasakan panas lagi tapi kurasakan pegal juga di punggungku, sambil peregangan mataku mencari-cari sesuatu “ diamana ini?? ”, ternyata kereta berhenti di sebuah setasiun, kemudian diluar ku baca tulisan besar berwarna biru tua “STASIUN PURWOKERTO“ “oo baru nyampe purwokerto” dalm hatiku. Pantesan logat bicara orangnya ku kenal, maklum aku juga orang”ngapak” kata orang begitu. Sampai Jogja bisa pagi kalo terus begini, karena kereta api ekonomi selalu mengalah berhenti untuk mendahulukan kereta api Executiv. Yah beginilah ternyata naik kereta api ekonomi, padahal mang Dadang tadi sore mau ngantar aku pake mobil ke Jogja, tapi aku tidak mau, pengin sekali-kali naik kereta jarak jauh, “pikirku”.
Lambat-lambat kereta api kembali meluncur di atas rel lagi, sekarang aku bersandar ke tempat duduk sambil kurpatkan jaket berwarna krem yang ku pakai, karena aku merasa ada angin yang menghentak-hentak masuk lewat jendela di sampingku. Setelah berjalan beberapa lama, tiba-tiba kurasakan udara semakin dingin, kudongakkan kepalaku kesebelah jendela ternyata hujan kembali turun, kali ini tidak begitu deras tapi menambah gelap saja di luarsana. Beberapa kali kulihat seklebat dedaunan di luar sana mungkin daun pisang atau entah daun apa, dan sesekali juga ku dengar nyayian kodok-kodok sawah yang kudegar begitu singkat karena cepatnya kereta api melaju, kutarik korden kumuh di sebelahku kutempelkan dikaca, lalu kuletakkan kepalaku berlahan, sambil kupandangi lagi orang-orang di sekelilingku, ternyata bapak dan ibu paruh baya tadi sudah tidak ada didepanku , entah kemana mereka perginya dan didepanku sekarang ternyata orang yang bertopi coklat kupikir memang doyan tidur orang ini, sekarang dia sedang tidur dengan pulasnya, sekarang giliran tas kain berwarna hitamnya yang nampak kosong untuk menutupi separo mulutnya yang mengnganga, mungkin oranga ini mendengkur, tapi aku tidak mendengarnya karena bising. Dan sebelahnya ada seorang gadis abg,aku juga tidak tau dari setasiun mana dia naik dan akan turun di mana, tampaknya anaknya begitu sibuk dengan hp di tanganya, karena kulihat ibu jarinya terus sibuk memencet tombol-tombol yang aku sendiri tidak tau lagi ngapain. Dan ketika aku akan menoleh ke sebelahku, aku sangat pelan-pelan dan hati-hati, ketika pas mataku memandang ke sebelah, hahh.. tersentak aku sampai terpental tubuhku ke dinding gerbong di sebelah kiriku, dari orang di sebelahku bertkata dengan suara berat “ mau nasi bungkus??” tapi kebetulan kertas nasi bungkusnya tepat didepan wajah ku dan tidak jauh hanya berjarak beberapa mili saja, jadi aku tersontak kaget dan aku sambil menggelengkan kepalaku, lalu babak itu menawari aku rokok dan aku juga menggeleng kepala tanpa sepatah kata pun, ternyata bapak pawang ular ini baik juga walaupun terlihat sangar dan seram. Tanpa aku sadarai ternyata anak abg didepan aga’ samping kanan ku memperhatikan ku dan dia tertawa melihat ekspresi wajahku ketika sontak kaget tadi, mungkin bagi dia lucu.
Kereta api terus melaju dengan kecepatan tinggi membelah kegelapan malam yang semakin larut, tiba-tiba diluar jendela diantara gelap malam mataku menangkap sesuatu yang ku kenal, sebuah daerah, ia sebuah daerah yang ku pikir belum berubah sejak bertahun-tahun lalu, sebuah susunan sawah yang amat ku kenal, sawah di sebelah jalan raya, karena aku dulu sering melewatinya, pad saat aku pulang ke tempat nenek di Gombong, Wates!!.. teriakku dalam hati, ga salah lagi, ini sudah sampai Wates gumamku. Dan kereta api terus melaju, seolah tahu kalau aku sangat rindu dengan Jogja. Beberapa saat kemudian, dan mungkin tinggal beberapa kilo lagi sampai ke setasiun Tugu di Jogjakarta, tiba-tiba seperti ada sinar yang amat terang mungkin seperti halilintar berkilat dan sangat cepat lewat depan ku seperti masuk lewat jendela kereta dan menerangi seisi gerbong, aku bingung, di saat kebingunganku tiba-tiba terjadi sebuah hentakkan yang amat kuat membanting punggungku ke kursi dan aku mendengar gesekan antara besi dengan besi yang berdesing sangat kuat di telingaku, aku baru menyadari ada yang tidak beres dengan kereta yang ku tumpangi ketika aku tidak lagi bisa berdiri dan terombang ambing, benar-benar kaki ku tak bisa menapak di lantai gerbong, kemudian aku terhuyung jatuh bersamaan dengan kurasakan hempasan gerbong kereta yang ku tumpangi, di iringi suara bantingan keras benda berat ke tanah, yang aku tau terahir adalah gelap, semuanya gelap.
Tiba-tiba lutut sebelah kiriku seperti di goyang-goyangkan oleh tangan yang dingin kurasa ketika menempel di kulit lututku dan sayup-sayup dapat ku dengar “ mas....mas....jagain Fatir dong...tolong napa....aku lagi sibuk ni...tar sarapanya ga jadi....” dan suara itu berulang-ulang lagi “ mas hei.... bangun.....mentang-mentang enggak ngantor molor pe siang.....” tiba-tiba mataku terbuka sedikit dan aku melihat senyum mungil tersungging mengarah kepada ku, langsung saja aku terbelalak ketika si mungil berkata “ papa “ dengan ter bata, lebih ter belalak lagi ada seorang wanita di sebelahnya yang nampak cantik walaupun tanpa makeup dan aku terduduk tiba-tiba dan ber kata sambil sedikit teriak “ TIKA ??????” dengan ekspresi kaget, bingung, heran dan bertanya-tanya.

Kamis, 16 April 2009

REPUBLIK BENER BENER EDAN

republik ini saya rasa bener - bener edan, gmana engga, tu............ yang pada di atas sono mereka pikir republik ini cuman mainan apa ya?????? kok ga ad ayang serius di lihat dari bawah oleh mata rakyat........ bisanya cuman saling mencibir saja, ngungkapin borok nya orang lain........... mereka pikir yang ngomong itu hebat apa ya??? tuh si Megawati kelihatan hebat karena naik "kebo" kan yang matanya merah itu.... kaya "kebo" penyakitan......... dan juga karena di belakang namanya ada nama besar sang pendiri bangsa "BUNG KARNO" coba ga ada nama itu,dia punya apa? njabat jdi orang nmr 1 di Indonesia raya bentar aja dah njualin prabotan negara,lo di biarin njabat lagi.... wah bahaya..... bisa - biasa Bali di jual juga.Si joki "kebo ireng" ini mang hebat lo njelekin orang lain......... "chiken"
nah lo si tua ini lain lagi.......... lo ngomong ceplas ceplos...... kaya ga mikir,dia pikir negara ini punya Bapak Moyangnya kali........ dia juga ga becus tapi banyak ngomong,dia mantan Presiden REPUBLIK SEMAPUT ini juga,pas dia njabat,g banyak perubahan yang di lakukan,tpi dengan bendera ijonya itu ber koar2 mulu,padahal dia juga g becus.
gimana rakyat ga pada golput PEMILU kali ini??????? yang mau di pilih aja pada ribut sendiri masih pada kaya anak2 semua....... ribut mulu ga rukun2,lama lama lo gini terus negara ini bisa di makan ma negara lain.
woiiiiiiiiii ............. !!!!!!!!!!!!!!! yang di atas sono,udah deh!!1 kalin itu mo pada ribut jadi presiden pa mang beneran mimpin??? lo cuman mo pada ribut rebutan kursi,,udah deh negara ini di kasihin ke negara lain aja,,, tpi lo mang mo pada serius,,, ya yang bener kerjanya....... cape ni rakyat di bohongi mulu.

Label: